Buku Usang dan Sebuah Pesan yang Hilang #2
Tibalah waktunya aku harus pulang
tepat pukul 5 sore. Angin begitu terasa dan menusuk ke dalam jiwa, hingga
gulungan ombak kecil menyapa kapal yang kami tumpangi. Aku masih dengan
perasaan yang tak menentu sehingga tak ada percakapan sepanjang perjalanan yang
kami lalui. Sungguh aku paling tak suka disiksa perlahan dengan diam. Mataku
nanar menatap laut lepas, air mataku akhir-akhir ini begitu murah, aku
menangis.
[Prolog]
Comments
Post a Comment