Membuka Mata

16 Januari 2019 tepatnya pukul 09.30 WIB handphone ku tiba-tiba berbunyi, panggilan dari nomor yang tak terdaftar di contacts . Jujur saja, aku bukan tipikal orang yang suka berbicara melalui telepon. Untuk pagi ini baiklah, ku angkat sebagai tanda hormat.

"Selamat pagi, dengan Mbak Yoestika." sapa seseorang dari seberang sana.
"Iya, selamat pagi. Mohon maaf dengan siapa ini?" langsung saja ku tanya siapa dia.

(#($@($@*#*@(!(#@*!**!&~)

Percakapan kami tidak kurang dan tidak lebih hanya berlangsung selama 53 detik. Kabar baiknya panggilan tersebut adalah panggilan untuk interview  di salahsatu perusahaan yang persisnya memang secara tidak sengaja ku ikuti apply karena sedang membutuhkan pegawai. Syukur Alhamdulillah ku dengungkan dalam hati sejak berita itu sampai ke telingaku. Ayah dan ibu ku sengaja tidak langsung ku beri tahu. Ya, akhirnya secercah harapan itu datang. Panggilan untuk interview ini jujur saja baru yang pertama kali meskipun aku pernah bekerja di salahsatu pertokoan di pasar kota.

Malam di hari yang sama ayah dan ibu segera ku beritahu karena interview itu tiba esok hari pukul 08.00 WIB. Kabar itu pun menjadi berita bahagia bagi ayah dan ibu, tak lupa juga adikku. Percayalah malam itu sungguh jarum jam terasa berjalan lebih lambat, mata ku begitu sulit terpejam. Bahkan hingga lewat tengah malam, kantuk tak kunjung datang. Setengah ku paksakan untuk tidur mengingat lokasi interview  esok hari berada di 'kota sebelah'. Usaha yang tidak sia-sia, aku pun terlelap.

Tidur ku terasa singkat karena tiba-tiba saja suara murotal masjid yang tidak jauh berada di dekat rumah mulai mendengungkan kalam Ilahi menjemput waktu Subuh. Hari ini pun tiba.

Setelah membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, segera ku persiapkan perlengkapan interview yang ku peroleh dari beberapa situs internet sebagai bekal malam kemarin. Pukul 07.00 WIB aku berangkat pamit kepada ayah, ibu, emak (nenek dari ibu), juga bapak (kakek dari ibu). Hari ini juga bertepatan dengan jadwal bapak untuk berobat jalan di rumah sakit di 'kota sebelah', tentunya tak perlu ku ceritakan di sini perihal bapak (insya Allah di lain kesempatan ku tuliskan cerita tentang Bapak). Perjalanan pagi itu hampir saja menjadi perjalanan air mata, ah bapak, semoga bapak lekas sembuh dan pulih seperti sedia kala.

Di kota sebelah, 17/01/2019

Setibanya di jalanan utama, sengaja ku pilih lajur kiri sambil memperhatikan nomor pada tiap-tiap pagar yang membungkus kepadatan aktivitas di dalamnya. Karena lagi-lagi ini yang pertama kali, tempat interview itu justru sempat terlewati. Untung saja cepat ku sadari dan segera berbalik arah. Ku sapa petugas keamanan yang melayani beberapa pertanyaanku dengan ramah. Mempersilahkan aku menuju salah satu ruangan pertama di area tersebut. Betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa yang ku masuki adalah rumah 'si ular besi'*. Dalam sekejap ketakutanku akan ular besi sirna menyaksikan sendiri bahwa ular-ular yang yang membuatku takut ketika berkendara memang benar sesungguhnya adalah sumber kehidupan bagi banyak orang. Setelah menunggu dan aku mendapatkan tanda pengenal sebagai visitor, aku dan beberapa pejuang interview mengekor pada langkah salahsatu petugas keamanan. Kami pun di sambut oleh seorang laki-laki parubaya, batinku 'mungkin beliau lah yang menelponku kemarin'.
Kami di persilahkan masuk ke dalam ruangan 'antik', bapak tersebut meminta kami mengenalkan diri satu persatu menyebutkan nama-alamat-dan pengalaman. Beruntungnya posisi dudukku ada di urutan ke-3 di antara ke-5 orang yang berkesempatan untuk melakukan tes dan interview hari ini. Mulai dari yang pertama dan kedua ku amati betul bagaimana gaya mereka menyampaikan informasi tentang diri mereka masing-masing. Hingga tiba yang ke-3 giliranku aku menjadi tak se-gugup saat pihak HRD meminta kami memperkenalkan diri. Tahap selanjutnya adalah psikotes, sejujurnya hari ini pikiranku sedang tidak baik (ah, lagi-lagi harus ku paksa fokus!). Setelah hampir 3 jam kami mengerjakan berbagai soal dengan beberapa kategori, kami diminta untuk menunggu di luar ruangan untuk kemudian dipanggil satu persatu untuk proses interview.
Aku pada giliran ke-4 sebelum sesi interview  hari ini benar-benar berakhir. Karena ini yang pertama, tidak dapat dipungkiri rasa gugup terus menyelimuti diri ku sendiri. Berbeda dengan ke-4 peserta interview lain yang memang sudah berpengalaman pada tahapan ini. Saat memasuki ruangan, aku di sambut 2 orang pihak HRD, satu adalah bapak yang menyambut kami pertama kali, dan yang satunya lagi adalah seorang perempuan yang usianya mungkin tiga atau empat tahun lebih tua dariku, mungkin. Satu-dua pertanyaan pertama bisa ku jawab dengan sedikit terbata karena gugup, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sudah bisa ku jawab lebih tenang hingga kedua orang HRD tersebut mencukupkan interview  hari itu. Lega rasanya.

Pukul 13.00 WIB, aku tiba kembali di rumah. Dengan berbagai tanya dan evaluasi atas diriku sendiri. Rasa syukurku masih terus kudengungkan karena sudah diberi kesempatan merasakan interview  untuk yang pertama kalinya.  Aku menjadi lebih bersemangat untuk belajar, belajar, dan belajar. Benar-benar tersadar bahwa nasib hidupku mulai saat ini ditentukan oleh 'kedisiplinan diriku sendiri'. Soal diterima tau tidak, jujur sebenarnya sudah pasrah.

So, buat para Job Hunters!
Semangat ya!
Siapkan amunisi terbaik untuk menjemput masa depan :)
Jaga etika pada siapapun saat kamu akan memulai perjuangan pada perusahaan yang kamu tuju.


* si ular besi = truk-truk kontainer 

Comments

Popular posts from this blog

Ndiba' (Dibaan)

Bicara Kopi #1

BELAJAR HIDUP : Arti Kata, "sebentar ya" (Pengalaman Resign)