Kawan Belajar

Siang ini, saya baru saja selesai mengoreksi jawaban dari 'kawan belajar' saya di salah satu lembaga bimbingan belajar. Ada 15 (lima belas) orang anak. Saya mengajar di kelas ekonomi. Basically, kuliah saya bukan jurusan keguruan jadi kalau disebut guru memang jauh dari kata pantas. Saya juga lebih nyaman menyebut murid saya sebagai 'kawan belajar'. Saya bersyukur ditakdirkan Tuhan bertemu dengan 'kawan belajar' saya saat ini. Sebelumnya saya juga mengajar di lembaga bimbingan belajar lain dengan range anak usia sekolah dasar.

Seperti mengacai diri sendiri, sejak sekolah dasar sampai menyelesaikan pendidikan di universitas saya tidak pernah merasakan tambahan belajar di luar sekolah. Tentunya, karena faktor ekonomi. Ibu saya mulai bekerja menjaga toko orang di pasar kota ketika saya baru masuk kelas 6 dan adik saya kelas 1 madrasah ibtidaiyah (setara sekolah dasar). Beberapa pekerjaan rumah tangga mulai menjadi tanggung jawab saya. Mulai dari menyapu, mengepel, menjaga adik, dan memasak. Beruntung rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah saudara dari ibu saya. Di rumah juga masih ada Mbah Buyut saya yang siap 24 jam untuk mengajari saya tentang pekerjaan rumah.

Soal pelajaran sekolah, saya selalu belajar lebih lama dari teman-teman saya, bukan untuk menjadi juara kelas. Hanya agar tidak menjadi yang tertinggal di kelas saya harus belajar lebih keras. Saya selalu berpesan kepada 'kawan belajar saya' bahwa kesempatan mereka untuk bisa mendapatkan pelajaran tambahan seperti ini jangan disia-siakan. Harus ada bedanya, antara mereka yang les dengan yang tidak. Selamat belajar adik-adik saya, 'kawan belajar' saya. Terima kasih sudah membuat saya kembali belajar, lagi, dan lagi.

Ini salah satu dokumentasi kegiatan saya dengan 'kawan belajar'. (Template download dari https://www.freepik.com/, editnya lewat PSCS3)

Template Design by Freepik


Februari - Panjang umur untuk semua hal baik.

Comments

Popular posts from this blog

Dunia Kerja # Wanita (Mampu) Multitasking