Writes Matter #1 Kun

Tema : Peristiwa, kebiasaan, kenangan masa kecil, yang masih membekas dalam hati teman-teman, yang kalau diingat saat ini, bisa membuncahkan rasa syukur.

---

Tidak ada yang berbeda dari perang dingin yang ini dengan sebelum-sebelumnya. Saya dan adik pun masih dengan kebiasaan yang sama, lebih memilih mengurung diri di kamar. Merangkai semua pertanyaan yang muncul dipikiran masing-masing. Seperti yang sudah-sudah, ayah dan ibu tidak saling bertegur sapa.

Siang, sekitar pukul satu. Ibu meminta saya datang ke pasar untuk mengambil uang sebesar 100 ribu rupiah, tanpa sepengetahuan ayah tentunya. Mendekati menit akhir penutupan pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SBMPTN. Tidak ada ingin untuk sekolah (lagi), dalam pikiran saya hanya tentang bagaimana bisa bekerja setelah lulus. Hanya demi memenuhi harapan ibu agar saya 'mencoba', jika tidak lolos tak masalah bagi ibu untuk merelakan uang 100 ribu. Beberapa kali ibu berpesan, "westalah Nduk, 'kun'. Nek Gusti Allah pun kerso, ora ono sing ora mungkin kedaden. Gih, mangkato." (Sudahlah Nduk, 'kun'. Kalau Allah sudah menghendaki, tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Ayo, berangkat.)

Sambil menahan tangis, saya mengambil uang itu dari tangan ibu. Qodarullah, saya diterima di salahsatu PTN. Berproses di tanah rantau selama empat tahun setengah. Andai dulu saya tidak memenuhi permintaan ibu, lebih memilih menuruti semua pikiran dan perasaan yang berkecamuk mungkin saya tidak jadi saya yang sekarang.

Ah ibu, saya kadang bingung dengan hubungan kalian.
Tapi saya bersyukur dilahirkan dari rahim ibu. Wanita tangguh, dengan segala kekurangannya.

Comments

Popular posts from this blog

Writes Matter #2 Memilih Pasrah

Perjalanan # Tentang Menjadi Dewasa