Mini Thesis Journey
Challenges dari teman
yang menantang saya untuk bisa cerita perjalanan skripsi saya. Oke. Riya' tidak
riya' saya niatkan tulisan ini agar bisa jadi amal jariyah untuk kedua orang
tua saya, juga guru-guru saya. Aamiin.
Lulus tepat waktu, “sinten
sing mboten purun?”
Kalau soal INGIN, manusiawi kita mau yang terbaik, yang pertama, atau
minimal tidak tertinggal dengan teman-teman yang lain, wes iku tok. “But, who we are?!” Bagaimana pun kita ingin, kita coba berusaha,
tetap Tuhan yang menentukan. Apalagi saya, pintar juga rata-rata, fisik juga
tidak seberapa (yang perlu digaris bawahi, ini bukan 'babakan' syukur atau
tidak ya!).
1st, semester 7 saya masih
ada 2 mata kuliah dengan total 6 SKS. Tapi tetap memberanikan diri mengambil skripsi.
Beberapa dosen dan teman meminta saya mengambil pendekatan kuantitatif saja
agar bisa lulus 3,5 tahun.
Setelah berpikir ... ya, mulai mikir. Sudah nggak main-main. Saya tetap mau mengambil kualitatif dengan berbagai RISIKO yang ada (cuma belum kebayang 'sih rasanya akan menghadapi banyak penolakan, dan nggak bisa lulus on time).
Saya juga anak asrama,
masih pegang a'dho (anak kamar) dan tetap harus ikut tata tertib yang ada di
asrama. 'Nggak iso sepenake dhewe'. Beberapa
teman seperjuangan sudah banyak yang bisa goal 3,5 tahun. Banyak yang sudah acc
seminar proposal dan seminar hasil. Tinggal nge-golin saja ********sidang,
selesai sudah.
Saya? Mbulet ... di bab 1 & 2, ganti judul? Ganti tema? Iyaa,
sudah tau juga rasanya. Hehehe (sekarang bisa 'hahaha hehehe', ngaca kebelakang
pernah juga difase jadi orang bingung).
Semester 8, wow! Rasanya jam tidur benar-benar saya pangkas demi melahap
habis buku, jurnal, artikel, dan semua yang berkaitan dengan penelitian saya.
Timeline untuk bisa lulus tepat waktu sudah mendekati garis akhirnya.
Mau nggak mau harus bisa ini .. itu .. (baca. acc judul, acc sempro, acc
semhas, acc sidang, juga administrasi lainnya). Tapi balik lagi, 'awak dhewe ki
sopo? Ndhadak ndikte Pengeran'.
Hari itu kami (saya dan kawan-kawan bimbingan), untuk bisa lulus tepat
waktu wajib hukumnya mendapat acc seminar hasil. Ambyar Lur! Dihari itu saya diminta ganti objek. Tahu artinya?! Ya,
ganti semua lah. Sudah dipastikan saya nggak bisa lulus tepat waktu. 2 minggu
kehilangan diri sendiri. Ah, lebai Yoestika. 'Serah, tenanan ki.'
Setelah hari bimbingan yang tidak terlupakan itu, justru saya diminta
menggawangi satu kelas research khusus kualitatif + salahsatu ajang olimpiade
nasional yang 'nanti' babak finalnya ada di salahsatu kampus di SBY.
Sempat pertanyaan ini nyaring dalam hati, “skripsiku piye? Ah, yaweslah.” Dan
akhirnya. Pasrah.
Skripsinya Yoestika, ISTIRAHAT.
Saya fokus dikelas research, persiapan lomba, dan 'mempersiapkan teman-teman'
ditengah 'ambyar-nya diri sendiri'. Hahaha.
Sempat galau, dan hanya terpikir nama satu orang. Cepat-cepat mengambil HP dan
berkirim pesan melalui wa. Belum berani mengabarkan kepada kedua orangtua,
bukan takut dimarahi. Bukan! Hanya khawatir beliau berdua kecewa.
Beliau coba menguatkan, mengingatkan agar saya tidak salah menentukan langkah.
Kita semua tahu lah, orang kalau bingung, ya bingung, belum fokus. Bahaya kalau
main ambil keputusan. Teruntuk beliau, semoga Allah SWT senantiasa jaga dan
berikan keberkahan hidup. Aamiin.
Ya, beliau yang pertama kali menguatkan. Mantaplah saya mengistirahatkan
skripsi saya.
Singkat cerita, mulai belajar pinjam ruangan, koordinir teman-teman, juga
bangun komunikasi untuk jadwal pemateri. BIL HIKMAH, justru di kelas ini saya
cepat-cepat menyudahi waktu istirahat skripsi saya. Saya jadi lebih semangat
baca, baca, dan baca.
Kenapa harus baca? Yaiya donk! Mau sengawur apapun tulisan tetap harus bisa
baca, entah dari 'kitab garingan opo telesan'.
Dan, nulisnya harus dari hati. Karena apa?!
Yang jelas biar diksinya bervariasi, dan berbobot.
'Ojo nggawe boso karepmu dhewe, iki skripsi ya Nduk .. Le ..'
Tenang ada ruang menyalurkan naluri sastra dihalaman persembahan 'toh hehehe.
Saya bertekad, "Oke, Yoestika nggak apa-apa nggak lulus tepat waktu. Tapi
Yoestika harus SELESAIKAN skripsinya di tahun itu juga (2018)."
'Pancene Gusti Allah'
yang sudah atur semuanya, saya menyelesaikan sidang dan dinyatakan lulus.
Minim revisi, hanya perlu sedikit "mainin" kata di judul sama
beberapa koreksi di EYD. Tambal beberapa bagian ****sedikit. Persis di bulan
yang sama saat teman-teman angkatan di wisuda.
Sedih? Jujur, “nggak!”.
Justru bersyukur, bil Hikmah. Juga ajang yang kami ikuti, Alhamdulillah bersama tim kami bertengger di 3
besar. Memberanikan diri berangkat dan pulang bawa piala sebelum besoknya harus
bawa lagi ke Madura, untuk diberikan ke pihak jurusan. Haru.
Selesaikan skripsinya ya teman-teman.
Kalau mau diurai ceritanya? Hahaha jadi Mi Urai donk, pedas mantap wkwkwk
Hanya sebagian saja itu 'mah.
Bukan untuk membuktikan 'saya', tapi membuktikan ...
“Wujud banyaknya orang yang diam-diam, tanpa pamit, mendoakan teman-teman. Kalau teman-teman tidak menyambut juga do'a itu?! Ya, sampai nanti juga tidak akan ada progres untuk skripsi teman-teman.”
Setiap mahasiswa punya
ujiannya masing-masing.
Lihat Si A .. enak yaa
Lihat Si B .. mudah yaa
Kalau main lihat-lihatan ya yang kelihatan 'enak dan mudahnya' saja. Coba
teman-teman koreksi juga apa usaha dan doa teman-teman sendiri sudah sama
seperti mereka. Baik yang kelihatan atau yang tidak keliahatan.
SELESAIKAN ya teman-teman.
Karena berjuang setengah-setengah, dan tidak tuntas itu menggelakan.
Maaf jika ada salah kata,sudah jarang baca. Jadi kata-katanya ya apa adanya. Kalau
ada yang tanya skripsi saya bagaimana?
Biasa. Tidak sehebat teman-teman yang bisa dilombakan atau masuk jurnal. Tapi dari
skripsi saya yang berkesan dan menempa sebagian dari diri saya hingga saat ini
adalah PROSES PEMBUATANNYA HINGGA SELESAI.
Sekarang masih ujian?
Ya masih, kan masih hidup haha
Jauh lebih nano-nano Lur
Membaca ulang pesan-pesan lama, menguatkan.
Bismillah ...
Sekian, semoga bermanfaat. Doa saya untuk kalian.
Dan terima kasih sudah mendoaakan saya.
Salam hangat,
Yoestika
Ilhamiyah
Comments
Post a Comment